Angka Kredit Konvensional, Integrasi, dan Konversi: Apa Bedanya?

Apa Itu Angka Kredit Konvensional?

Angka kredit konvensional adalah sistem penilaian kinerja ASN yang telah digunakan sejak lama. Dalam sistem ini, setiap pejabat fungsional mengumpulkan angka kredit berdasarkan berbagai kegiatan yang dilakukan. Penilaian ini bersifat manual dan sering kali membutuhkan waktu lama untuk diverifikasi. Sistem konvensional juga memiliki keterbatasan dalam hal transparansi dan kemudahan akses.


Angka Kredit Konvensional, Integrasi, dan Konversi: Apa Bedanya?


Apa Itu Angka Kredit Integrasi?

Untuk mengatasi kendala dalam sistem konvensional, pemerintah menerapkan angka kredit integrasi, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri PANRB Nomor 1 Tahun 2023. Sistem ini bertujuan untuk menyederhanakan proses penilaian angka kredit dan memastikan bahwa kinerja pejabat fungsional dapat diukur secara lebih transparan dan efisien. Dengan sistem integrasi, semua data angka kredit dikumpulkan dalam satu sistem terpusat yang dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

Apa Itu Angka Kredit Konversi?

Angka kredit konversi adalah proses transisi dari sistem konvensional ke sistem integrasi. Proses ini wajib dilakukan oleh pejabat fungsional guru, pengawas sekolah, pamong belajar, dan penilik agar angka kredit yang diperoleh sebelumnya tetap diakui dalam sistem baru. Pemerintah telah menetapkan bahwa proses konversi ini harus diselesaikan sebelum 31 Desember 2023, dan dilakukan melalui aplikasi khusus yang disebut DISPAKATI.

Proses Penyesuaian Angka Kredit Konvensional ke Integrasi

Proses konversi angka kredit dari sistem lama ke sistem baru melibatkan beberapa tahapan, antara lain:

  • Menggunakan Aplikasi DISPAKATI – Pejabat fungsional harus mengajukan konversi melalui aplikasi DISPAKATI, yang dikembangkan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN).
  • Verifikasi dan Validasi oleh Tim Penilai – Tim penilai dari berbagai instansi akan melakukan verifikasi terhadap angka kredit yang telah diajukan untuk memastikan keabsahan data.
  • Penetapan Angka Kredit Integrasi – Setelah validasi selesai, angka kredit akan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang, sesuai dengan aturan yang berlaku.

Keuntungan Sistem Angka Kredit Integrasi

Dibandingkan dengan sistem konvensional, angka kredit integrasi memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:

  • Lebih Transparan – Data angka kredit dapat diakses secara real-time oleh pejabat terkait.
  • Proses yang Lebih Cepat – Dengan sistem terintegrasi, proses penilaian menjadi lebih efisien.
  • Mengurangi Human Error – Sistem berbasis digital mengurangi risiko kesalahan dalam perhitungan angka kredit.

Tantangan dan Solusi dalam Konversi Angka Kredit

Walaupun sistem baru ini memberikan banyak manfaat, ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam proses transisi, seperti:

  • Kurangnya Sosialisasi – Solusi: Pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi melalui webinar dan pelatihan bagi pejabat fungsional.
  • Masalah Teknis pada Aplikasi DISPAKATI – Solusi: BKN perlu memastikan infrastruktur teknologi lebih stabil untuk menghindari kendala teknis.
  • Perbedaan Pemahaman dalam Penilaian – Solusi: Standarisasi pelatihan bagi tim penilai agar memiliki pemahaman yang sama.

Kesimpulan

Perubahan sistem penilaian angka kredit dari konvensional ke integrasi melalui konversi adalah langkah besar dalam reformasi birokrasi bagi ASN. Dengan sistem baru ini, proses penilaian diharapkan lebih adil, transparan, dan efisien. Oleh karena itu, semua pejabat fungsional yang terdampak oleh perubahan ini harus segera melakukan penyesuaian sebelum batas waktu yang telah ditentukan.

Posting Komentar untuk "Angka Kredit Konvensional, Integrasi, dan Konversi: Apa Bedanya?"